Sabtu, 13 Desember 2014

Fase - fase semut rangrang

Dalam satu sarang besar di alam, semut membagi kamar dengan desain tersendiri sesuai fungsinya masing-masing. Dalam hal ini desain terpengaruh oleh kebutuhan intensitas cahaya pembentuk suhu dan juga besar kecil fentilasi udara. Pada habitat rak dengan toples pararel, fungsi tiap toples berbeda-beda menurut kebutuhan semut. Hal ini terjadi karena peletakan toples kita acak menurut semut, sehingga kita temui beberapa toples akan penuh telur, sedangkan beberapa yang lain berisi banyak semut namun sedikit telur, atau bahkan tak berisi semut sama sekali.

Larva
Dapat kita sebut ‘ndog dedak’ karena ukurannya yang masih selembut pur pakan burung, berwarna agak kuning dan cenderung basah. Larva hasil ratu terlihat kuning kehijauan dan agak kering. Larva baru terkumpul di sekitar inang sampai semut perawat memindahkan larva menyebar di dinding toples bagian atas. Pada koloni toples dengan jumlah induk serempak banyak dan jumlah perawat sedikit, larva sering terlihat menumpuk atau menggumpal. Ini menandakan bahwa produksi telur nantinya akan maksimal.


Sebagian larva nantinya akan dilumat oleh pekerja untuk dijadikan bahan sarang, yang nantinya digunakan untuk menampung pupa sampai menjadi bakalan semut yang kita sebut kroto. Pada toples baru, larva dilumat dalam jumlah besar sehingga semut tidak terlihat berkembang. Pada sarang lama, larva hanya akan diambil sebagian untuk melapisi sarang yang sudah ada. Setiap lapisan mewakili periode bertelur semut. Semakin tebal rajutan sarang berarti semakin tua pula umur koloni.
Perlu diketahui bahwa rajutan sarang semut dibentuk menyerupai labirin, dan dalam perkembangan pelapisan sarang sering labirin tersebut tertutup sehingga jalur masuk semut menjadi buntu ataupun fentilasi udara terhenti. Sedikit sisa makanan yg tertinggal dan tertutup lapisan rajutan baru membuat sarang berjamur kehitaman.
Hal ini memicu ditinggalkannya toples ( baca artikel tentang toples kosong ).

Pupa
Selanjutnya setelah 5 hari dari keluarnya larva, penyebaran sudah semakin meluas hingga dinding samping bawah toples. Pada minggu pertama jenis pupa sudah dikelompokkan oleh semut, dan pengasuhan dialihkan dari semut perawat ke semut pekerja karena memang ukuran telur sudah semakin membesar. Setelah ini terlihat kelompok kecil telur yang ukurannya tidak betambah besar, hanya sekitar 2 milimeter. Ini adalah telur yang nantinya akan jadi semut perawat. Di bagian yang lebih bawah telur berukuran lebih besar. Panjang telur sekitar 3-5 milimeter. Dalam masa ini belum dapat dipastikan bahwa ini akan menjadi kroto pekerja, karena pada periode calon ratu beberapa telur akan berkembang menjadi super besar mencapai 10-11 milimeter yang nantinya akan menjadi calon ratu, dan juga 2-3 bulan setelahnya muncul larva calon pejantan. Seukuran larva semut pekerja namun berusia lebih pendek. Jika larva pekerja terlihat morfologis tubuhnya pada usia 15 hari, maka pejantan terlihat lebih cepat. Disertai bintik calon sayap.
Pada minggu kedua diawali dengan bintik hitam di ujung larva maka bentuk telur sudah mulai mendekati lengkap. Secara morfologis tinggal menyempurnakan detail organ terutama kaki dan kepala.

Kroto
Larva umur 3 minggu sudah terlihat agak jelas bentuk semutnya, ini yang biasa kita namakan kroto. Ukuran sudah menyerupai semut dewasa, hanya karena bagian kaki dan antena masih menekuk maka terlihat lebih pendek. Peletakan kroto cenderung ke arah bagian toples yang gelap. Pada malam hari di dinding toples terlihat berjajar, namun pada siang terang kroto disembunyikan ke dalam rajutan sarang. Untuk kandang yang intensitas cahayanya sedang, kroto masih bisa terlihat sebagian di dinding toples. Pada kandang terbuka, ada baiknya kontrol telur dilakukan malam hari.
Usia kroto bertahan sampai sekitar 26 hari. Itu berarti kita punya waktu efektif panen sekitar 5 hari.

Semut
Setelah keluar sarang, semut muda berwarna lebih cerah, merah kekuningan. Setelah 12 jam, kita tak bisa lagi membedakan umur semut secara sekilas karena warna cenderung sama semua. Semut yang lebih tua berwarna lebih kusam merah tua hingga kehitaman. Pada kondisi pemberian makan yang baik semut pekerja efektif bertelur beberapa hari setelah keluar sarang hingga mati pada umur 5-8 bulan.


Periodik Telur Semut Kroto
March 2, 2014 - Bibit Kroto, Penangkaran Kroto, Photo Semut Kroto, Produk Budidaya Kroto, Trik dan Tips Budidaya Kroto - Tagged: bibit semut, Budidaya Semut Kroto, telur semut kroto   



Pembagian fungsi toples
Dalam satu sarang besar di alam, semut membagi kamar dengan desain tersendiri sesuai fungsinya masing-masing. Dalam hal ini desain terpengaruh oleh kebutuhan intensitas cahaya pembentuk suhu dan juga besar kecil fentilasi udara. Pada habitat rak dengan toples pararel, fungsi tiap toples berbeda-beda menurut kebutuhan semut. Hal ini terjadi karena peletakan toples kita acak menurut semut, sehingga kita temui beberapa toples akan penuh telur, sedangkan beberapa yang lain berisi banyak semut namun sedikit telur, atau bahkan tak berisi semut sama sekali.

Larva
Dapat kita sebut ‘ndog dedak’ karena ukurannya yang masih selembut pur pakan burung, berwarna agak kuning dan cenderung basah. Larva hasil ratu terlihat kuning kehijauan dan agak kering. Larva baru terkumpul di sekitar inang sampai semut perawat memindahkan larva menyebar di dinding toples bagian atas. Pada koloni toples dengan jumlah induk serempak banyak dan jumlah perawat sedikit, larva sering terlihat menumpuk atau menggumpal. Ini menandakan bahwa produksi telur nantinya akan maksimal.


Sebagian larva nantinya akan dilumat oleh pekerja untuk dijadikan bahan sarang, yang nantinya digunakan untuk menampung pupa sampai menjadi bakalan semut yang kita sebut kroto. Pada toples baru, larva dilumat dalam jumlah besar sehingga semut tidak terlihat berkembang. Pada sarang lama, larva hanya akan diambil sebagian untuk melapisi sarang yang sudah ada. Setiap lapisan mewakili periode bertelur semut. Semakin tebal rajutan sarang berarti semakin tua pula umur koloni.
Perlu diketahui bahwa rajutan sarang semut dibentuk menyerupai labirin, dan dalam perkembangan pelapisan sarang sering labirin tersebut tertutup sehingga jalur masuk semut menjadi buntu ataupun fentilasi udara terhenti. Sedikit sisa makanan yg tertinggal dan tertutup lapisan rajutan baru membuat sarang berjamur kehitaman.
Hal ini memicu ditinggalkannya toples ( baca artikel tentang toples kosong ).

Pupa
Selanjutnya setelah 5 hari dari keluarnya larva, penyebaran sudah semakin meluas hingga dinding samping bawah toples. Pada minggu pertama jenis pupa sudah dikelompokkan oleh semut, dan pengasuhan dialihkan dari semut perawat ke semut pekerja karena memang ukuran telur sudah semakin membesar. Setelah ini terlihat kelompok kecil telur yang ukurannya tidak betambah besar, hanya sekitar 2 milimeter. Ini adalah telur yang nantinya akan jadi semut perawat. Di bagian yang lebih bawah telur berukuran lebih besar. Panjang telur sekitar 3-5 milimeter. Dalam masa ini belum dapat dipastikan bahwa ini akan menjadi kroto pekerja, karena pada periode calon ratu beberapa telur akan berkembang menjadi super besar mencapai 10-11 milimeter yang nantinya akan menjadi calon ratu, dan juga 2-3 bulan setelahnya muncul larva calon pejantan. Seukuran larva semut pekerja namun berusia lebih pendek. Jika larva pekerja terlihat morfologis tubuhnya pada usia 15 hari, maka pejantan terlihat lebih cepat. Disertai bintik calon sayap.
Pada minggu kedua diawali dengan bintik hitam di ujung larva maka bentuk telur sudah mulai mendekati lengkap. Secara morfologis tinggal menyempurnakan detail organ terutama kaki dan kepala.

Kroto
Larva umur 3 minggu sudah terlihat agak jelas bentuk semutnya, ini yang biasa kita namakan kroto. Ukuran sudah menyerupai semut dewasa, hanya karena bagian kaki dan antena masih menekuk maka terlihat lebih pendek. Peletakan kroto cenderung ke arah bagian toples yang gelap. Pada malam hari di dinding toples terlihat berjajar, namun pada siang terang kroto disembunyikan ke dalam rajutan sarang. Untuk kandang yang intensitas cahayanya sedang, kroto masih bisa terlihat sebagian di dinding toples. Pada kandang terbuka, ada baiknya kontrol telur dilakukan malam hari.
Usia kroto bertahan sampai sekitar 26 hari. Itu berarti kita punya waktu efektif panen sekitar 5 hari.

Semut
Setelah keluar sarang, semut muda berwarna lebih cerah, merah kekuningan. Setelah 12 jam, kita tak bisa lagi membedakan umur semut secara sekilas karena warna cenderung sama semua. Semut yang lebih tua berwarna lebih kusam merah tua hingga kehitaman. Pada kondisi pemberian makan yang baik semut pekerja efektif bertelur beberapa hari setelah keluar sarang hingga mati pada umur 5-8 bulan.

Perlu dicatat bahwa periodik semut kroto bertelur tidaklah bersamaan, karena ketika sebagian semut sudah siap bertelur sebagian yang lain masih sibuk berburu, menyiapkan sarang ataupun mengurus ratu/telur yang sudah ada. Setiap harinya kita bisa mendapatkan toples kita berisi kroto siap panen, namun dengan jumlah yang berbeda. Periode besar telur semut kroto terjadi 17 hari sekali. Diselingi dengan periodik menengah 5 harian serta periodik kecil harian. Itu berarti panen bisa kita lakukan kapanpun, namun untuk mendapatkan hasil maksimal kita lakukan setiap 17 hari sekali dalam satu habitat koloni rak. Periodik ini pun tidak akan bersamaan pada rak pararel. Awal periodik telur semut kroto bisa kita atur disesuaikan dengan jangka hitungan panen, karena otomatis antara 3 – 36 jam setelah perusakan sarang adalah awal periodik berikutnya, terhitung sejak sarang jadi dan mulai ditempati untuk meletakkan telur baru.

Karena periodik telur semut kroto sangat tergantung dengan masa pembuatan sarang, maka desain media dan suhu ruangan kandang sangat berpengaruh pada produktifitas telur. Desain yang besekat lebih sempit memungkinkan semut membuat sarang lebih cepat. Suhu yang lebih dingin juga lebih baik karena dalam keadaan terintimidasi panas semut cenderung membuat sarang dengan fentilasi lebar dan otomatis tidak menampung banyak ruang tetasan serta pembuatannya lebih lama karena konsentrasi semut terpecah dengan hiruk pikuk koloni yang menyebar.